19 September 2013

Langit Biru di Sore Hari yang Cerah

Langit Biru Sore

Halo semuanya! Sore ini begitu cerah, meskipun udara terasa sedikit hareudang bayeungyang—bahasa Sunda untuk panas yang lembap. Tapi suasana hati tetap sejuk karena langit tampak biru bersih tanpa awan. Cahaya matahari yang mulai condong ke barat memberikan semburat keemasan yang cantik. Dari teras rumahku yang mungil, aku bisa melihat semua warna sore itu seperti lukisan yang hidup.

Setiap kali cuaca cerah seperti ini, suasana di sekitar rumah menjadi lebih ramai dan ceria. Anak-anak tetangga satu per satu keluar membawa sepeda roda tiga mereka, siap bermain di taman kecil yang ada di ujung jalan. Suara tawa mereka bersahutan, membaur dengan suara roda sepeda yang berputar di jalanan paving yang bersih. Para ibu duduk berderet di bangku taman, berbincang sambil sesekali melambaikan tangan memanggil anak-anak yang terlalu jauh bermain.

Walaupun aku, Afrina, baru berusia dua tahun, aku sudah cukup lihai naik sepeda roda tiga milikku. Memang belum bisa mengayuh dengan lancar, tapi ibu selalu dengan sabar mendorongku dari belakang. Duduk di atas sadel kecil itu sambil menikmati angin sore, membuatku merasa seperti petualang kecil yang sedang menjelajahi dunia. Dan rasanya menyenangkan sekali!

Di sisi taman, ada pohon ketapang besar yang daunnya selalu berjatuhan saat sore tiba. Di bawah pohon itu, biasanya aku duduk bersama ibu sambil makan potongan buah dingin dari rumah. Kadang kami membawa buku cerita bergambar, dan ibu akan membacakannya dengan suara lembut. Dari sinilah aku mulai suka melihat langit sore dan segala keindahan di sekitarku—burung-burung kecil beterbangan, dan suara jangkrik mulai terdengar pelan.

Rumahku tidak besar, tapi penuh kehangatan. Halaman depannya ditanami bunga kertas dan beberapa tanaman hias dalam pot warna-warni. Ayah menanam cabai dan tomat di sudut belakang, dan setiap sore, beliau menyiram tanaman sambil menyapaku di taman. Lingkungan kami masih asri, meskipun berada di pinggiran kota. Tetangga-tetangganya ramah, dan suasana sore selalu terasa damai.

Sore hari seperti ini sering menjadi momen terbaik dalam sehari. Setelah tidur siang dan minum susu, aku bisa bermain sambil belajar mengenal lingkungan. Aku mengenal suara motor lewat, suara lonceng penjual roti keliling, dan bahkan suara ayam tetangga yang mulai kembali ke kandang. Semua menjadi bagian dari cerita kecilku tentang rumah dan masa kecil yang bahagia.

Langit biru, suara tawa, dan hangatnya tangan ibu—semuanya menjadi bagian dari sore yang tidak terlupakan. Aku bersyukur tinggal di lingkungan yang menyenangkan, di rumah yang penuh kasih sayang. Dan seperti langit yang cerah, semoga hariku dan harimu selalu dipenuhi warna-warna kebahagiaan.

0 comments:

Post a Comment